Cerita Mahabaratha
Tahukah
? Sebenarnya pemilik asli dari kerajaan Hastinapura bukanlah Pandawa ataupun
Kurawa. Karena sebenarnya pemilik asli dan syah kerajaan Hastinapura adalah
Bisma kekek Pandawa dan Kurawa. Cerita bermula saat kerajaan dipimpin oleh
seorang raja bernama Prabu Sentanu, dia adalah ayah dari Bisma. Prabu Sentanu
dulunya adalah dewa di khayangan yang dikutuk turun ke bumi. Dia kemudian
menjadi raja di Hastinapura. Suatu hari prabu Sentanu bertemu seorang bidadari
yang cantik jelita.bidadari itu bernama Dewi Gangga. Bidadari tersebut rupanya
juga merupakan wanita kutukan karena kesalahanya yang bermain cinta di
kahyangan. Betara Guru mengutuknya untuk turun ke bumi untuk hidup dalam
kutukan. Ia akan terus melahirkan bayi kutukan sampai kutukan tersebut hilang darinya.
Setiap bidadari itu melahirkan seorang anak jika anak tersebut masih memiliki
tanda kutukan maka anak tersebut harus dibuangnya.
Prabu Sentanu jatuh
cinta kepada wanita itu,kemudian meminangnya menjadi istrinya. Bersedia
,menjadi istri Prabu sentanu dengan satu syarat yaitu Prabu Sentanu tidak boleh
bertanya atas apapun yang istrinya lakukan. Pernikahan merekapun berjalan
dengan lancar dan dipenuhi dengan kebahagiaan. Namun sayang, setiap kali
Bidadari itu melahirkan anak,tanpa mengucap satupun kata bidadari itu langsung
membuang anak itu ke sungai. Karena anak itu masih memiliki tanda kutukan.
Setelah kelahiran anaknya yang ke sembilan,prabu Sentanu mulai resah dengan
perbuatan istrinya itu ia kemudian memberanikan diri untuk bertanya kepada
Istrinya. “Wahai Istriku tercinta apakah gerangan yang membuat engkau tega
membuang kedelapan anak kita ke sungai?” kata Prabu Sentanu kepada istrinya.
“Hentikan perbuatanmu itu,istriku..” katanya lagi. “Wahai suamiku,tidakkah
engkau sadar apa yang baru saja engkau katakan tadi?”,jawab istrinya pelan.
“Aku tidak peduli lagi dengan semuanya...bertahun-tahun aku sudah bersabar
melihat kelakuanmu yang terus-menerus membuang anka-anak kita ke sungai dengan
tanpa rasa berdosa sedikitpun.. Ibu macam apa kau ini?” Prabu Sentanu semakin
meradang. “Tidakkah kau tahu suamiku..sebenarnya hatiku sangat sakit saat aku
membuang anak-anak tak berdosa itu ke sungai denagn kedua tanganku sendiri...?”
Wajah bidadari itu sudah semakin memerah karena air mata. “Tapi...apa boleh
buat semua ini merupakan bagian dari kutukanku.. aku harus bersabar sampai anak
kita lahir tanpa tanda kutukan itu..Kanda!”,katanya sambil berlinang air mata.
“ Oh..istriku rasanya sudah tidak kuat hatiku melihat poenderitaan ini, untuk
sekali ini janganlah kau lakukan perbuatan itu.. aku mohon!”Prabu Sentanu
menunduk lesu. “ Tidak bisa Kanda,kutukan tetaplah kutukan..tapi jika kau tetap
menginginkan bayi ini tetap ada di pangkuanmu ...kau harus memilih... aku atau
bayi ini?”kata Bidadari. Karena sudah tidak tahan melihat darah dagingnya
dibuang ke sungai ,tanpa berpikir panjang Prabu Sentanu memilih bayi kutukan
itu. Maka seketika itu istri Prabu Sentanu kembali ke kahyangan.Prabu Sentanu
sangat menyesal dengan perkataanya tadi,sekarang dia harus ditinggal oleh sang
Istri dan membesarkan seorang bayi kutukan sendirian.
Karena binggung Prabu Sentanu menitipakan
bayi itu (Bisma) ke seorang guru
termashyur di negara Hastinapura. Bisma dididik dengan sengat baik. Bisma
tumbuh menjadi seorang pemuda yang berbudi baik,santun dan sakti mandraguna.
Setelah cukup umur Bisma dikembalikan ke lingkungan istana untuk hidup normal
layaknya sorang putra mahkota.
Disisi lain Prabu Sentanu semakin tua,dia
sering termenung di sungai Gangga yang merupakan perwujudan istrinya. Prabu
Sentanu snagt merindukan istrinya yang sangat dicintainya. Suatu hari seorang
Prabu Sentanu melihat seorang gadis cantik sedang mandi di sungai Gangga. Gadis
itu bernama Roro Amis. Wanita itu dikutuk berbau amis dan satu-satunya cara
agar dia bisa sembuh adalah dengan mandi di Sungai Gangga. Melihat wanita itu
Prabu Sentanu teringat akan istrinya. Ia kemudian meminang gadis itu. Tapi sang
gadis meminta syartnya yaitu kelak anak-anaknya haruslah menjadi raja
Hastinapura. Persyaratan tersebut sangat membertakan bagi Prabu Sentanu,karena
tidak mungkin dia menghiyanati Bisma anaknya. Prabu Sentanu batal memperistri
Roro Amis. Semenjak hari itu Prabu Sentanu selalu bersedih hati. Bisma yang
merupakan sosok anak yang baik kemudian mencari tahu penyebab kesedihan ayahnya
itu. Setelah ditelusuri penyebab dari kegundahan ayahnya yang ternyata karena
dirinya,Bisma bersedia meninggalkan kedudukanya sebagai putra mahkota demi
kebahagiaan ayahnya. Bisma pun bersumpah tidak akan menjadi raja. Belum puas
dengan itu semua sang wanita kutukan itu meminta Bisma untuk bersumpah untuk
tidak menikah seumur hidupnya.
Karena ketulusan hati Bisma, tahta
kerajaan Hastiapura pun akhirnya jatuh ke tangan Roro Amis. Dari pernikahanya
dengan Roro Amis,Prabu Sentanu dikaruniai dua orang putra Citragada dan
Wicitrawirya.
Berapa lama berselang kedua adik Bisma
sudah beranjak dewasa , sudah waktunya mereka menikah. Permaisuri Roro Amis
meminta Bisma untuk mencarikan jodoh untuk kedua adiknya. Bisma menyanggupi,ia
bernagkat ke negeri Giyantipura dan berhasil memboyong tiga orang putri. Dewi
Amba,Ambika,Ambalika. Dewi Amba ternyata diam-diam sudah mencintai Bisma. Dewi
Amba tidak mau menikah dengan kedua adik Bisma tapi dia hanya menginginkan
Bisma menjadi suaminya. Sementara itu Bisma sudah pernah bersumpah kepada Ibu
tirinya bahwa dia tidak akan menikah.
Untuk menakutnakuti Dewi Amba,Bisma menakutnakuti Dewi Amba dengan sebuah busur
anak panah. Tapi dengan tidak sengaja, Bisma melepaskan busur ke arah Dewi Amba
dan Dewi Ambapun tewas terbunuh oleh orang yang dia cintai sendiri. Tapi tak
terduga-duga kedua saudara tiri Bisma mwninggal dunia. Kerajaan dilanda
kekosongan kekuasaan, Permaisuri sangat menyesal karena dahulu menyuruh Bisma
untuk tidak menikah. Karena terpaksa sekali Permaisuri dan Bisma mencari orang
yang dapat menghamili kedua putri yang lain yaitu Ambika dan Ambalika agar
tetap ada pewaris kekuasaan. Akhirnya pilihan mereka jatuh ke Empu Wiyasa
seorang yang sakti mandraguna,tetapi berwajah jelek.
Karena kekurangan jumlah putri,akhirnya
Bisma menyuruh seorang pelayan untuk melayani Mpu Wiyasa. Karena ketakutan
selah seorang putri memejamkan mata saat melayani Mpu Wiyasa,dan yang terjadi
adalah dia melahirkan Destarasta yang buta. Putri yang kedua melayani Mpu
Wiyasa dengan ketakutan sehingga melahirkan Pandu yang kepalanya tidak
normal. Dan terakhir melahirkan anak
yang diberi nama Widura. Widura kemudian menjadi perdana menteri di
Hastinapura.
Tahunpun berganti Pandu,Destarasta,dan
Widura sudah beranjak dewasa sudah saatnya mereka menikah. Pandu disuruh
pamanya mencari jodoh untuk dirinya dan kakaknmencari jodoh untuk dirinya dan
kakaknya yang buta,Destarasta. Pandu berhasil membawa tiga orang putri-putri
yang cantik. Madrim,Kunthi dan Gendari. Sesampainya di Hastinapura Pandu
mempersilahkan kakaknya untuk memilih salah satu diantara ketiga putri
tersebut. Destarasta memilih Gendari. Gendari dan Sengkuni adiknya tidak terima
akan hal itu. Man bisa seorang putri
secantik Gendari dinikahkan dengan Destarasta yang buta. Gendari kemudian
bersumpah untuk menutup matanya di siang hari dengan kain dan akan membukanya
kembali saat malam tiba. Ada dua versi,
versi India Gendari menjadi sosok wanita yang baik,dia sangat baik terhadap
Madrim dan Kunthi. Namun di versi cerita wayang Indonesia Gendari dijadikan
sosok yang penuh iri,dengki dan selalu memusuhi saudara-saudara iparnya yaitu
Madrim dan Kunthi. Tapi yang paling jelas digamabrkan dalam kedua versi cerita
itu adalah saudara Gendari yaitu Sengkuni digambarkan dengan sosok yang licik
dan pandai bersilat lidah. Kebencianya dikarenakan rasa tidak terima Sengkuni
karena Gendari dinikahkan dengan pangeran buta yaitu Destarasta.
Beberapa tahun kemudian Kunthi melahirkan
tiga orang anak yang gagah berani yaitu Yudhistira,Arjuna dan Bima. Yudhistira
adalah sosok pemimpin yang baik,Bima gagah perkasa dan Arjuna yang tampan.
Sementara itu dari istri keduanya yaitu Madrim, Pandu mendapatkan dua orang
anak kembar yaitu Nakula dan Sadewa yang berhati mulia. Mereka berlima kemudian
terkenal dengan sebutan Pndhawa.
Disisi lain Gendari melahirkan 100 anak.
Anak pertama Gendari adalah Duryudana, kemudian Dursasana dan anak-anak yang
lain. Keseratus anak Destarasta ini dikenal dengan sebutan Kurawa mereka adalah
simbol kejahatan dan ankara murka.
Pada suatu hari Pandu dan Madrim sedang
berjalan-jalan dengan menaiki Kebo Andini (Tunggangan berupa Kerbau yang bisa
terbang). Mereka berdua asyik bermesraan di atas kerabau itu. Karena Kebo
Andini tidak menyukai hal itu maka dia melempar kedua pasangan suami-istri itu
ke sebuah pantai. Mereka berdua bermesraan di pantai tersebut. Pandu ingat akan
kutukan seorang Resi yaitu Resi Windama. Dia mengutuk Pandu akan meninggal
ketika sedang bermesraan dengan isterinya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar